Senin, 07 Juni 2010

PIDATO UNTUK MBAK EMA VERSI INDONESIA

TEKS SAMBUTAN PADA UPACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TANGGAL 2 MEI 2010UPACARA PERINGATAN HARDIKNAS
TANGGAL 3 MEI 2010


Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk melaksanakan Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Pada kesempatan yang baik ini kita gunakan pula untuk mengadakan silaturahim kekeluargaan sejawat di lembaga yang kita cintai ini.

Hadirin yang saya hormati!
Setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, yang sering disingkat dengan Hardiknas. Untuk tahun ini Hardiknas mengambil tema Pendidikan Sains, Teknologi dan Seni Menjamin Pembangunan Berkelanjutan dan Meningkatkan Daya Saing Bangsa.

Tanggal 2 Mei adalah hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, yang lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889. Ki Hajar Dewantara adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pendiri Perguruan Taman Siswa. Lembaga pendidikan yang didirikannya itu merupakan tempat bagi pribumi untuk mendapatkan pendidikan seperti yang diperoleh para priayi serta masyarakat Belanda di Indonesia.

Melihat tema yang ditampilkan pada Hardiknas kali ini, kita sebenarnya bangga dengan keberhasilan anak-anak bangsa yang telah banyak meraih medali emas dalam berbagai olimpiade sains di luar negeri. Anak-anak Indonesia tidak kalah dan bahkan sering menjadi yang terbaik dalam setiap olimpiade sains yang diselenggarakan berbagai badan internasional.

Sayangnya, hingga saat ini mutu pendidikan di Indonesia belum merata. Kita tidak mungkin bisa menyamakan kualitas pendidikan di Papua dengan di Surabaya. Atau, Kalimantan dengan Bandung atau perbandingan lainnya. Bahkan, dalam satu provinsi saja, kualitas satu sekolah dengan sekolah lainnya sangat jauh perbedaannya. Oleh karena itu, kita bisa maklum di perguruan tinggi tertentu mahasiswanya hanya berasal dari sekolah tertentu pula, karena di sini kualitas menjadi yang utama.

Dalam ujian nasional (UN) yang sudah berlangsung untuk tingkat SMA dan SMP, belum lama ini, tentunya kita terenyuh mendengar ada keterlibatan kepala sekolah yang membocorkan jawaban soal UN. Pembocoran jawaban soal UN dilakukan kepala sekolah, karena tidak ingin banyak anak didiknya yang tidak lulus UN, sehingga sekolah tersebut turun citranya di mata masyarakat.

Apa yang dilakukan kepala seolah ini seharusnya membuka mata kita semua bahwa ada upaya-upaya menutupi kebobrokan mutu pendidikan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi orang terdepan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Yang dilakukan para kepala sekolah yang membocorkan jawaban soal UN tersebut tentunya akan membuat kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Apalagi, jika hal itu dilakukan oleh kepala sekolah di daerah yang kualitas pendidikannya masih sangat rendah. Akibatnya, kualitas pendidikan akan semakin turun.

Menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini, kita harus sadar kualitas bangsa Indonesia harus semakin ditingkatkan. Jika tidak, maka pekerja-pekerja asing akan menguasai negeri kita. Mereka akan menduduki posisi-posisi penting, sementara orang Indonesia hanya sebagai karyawan biasa.

Kualitas pendidikan yang rendah membuat bangsa ini tidak mampu bersaing dengan bangsa lain. Tentunya, kita tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dengan bangsa lain. Kualitas pendidikan di negeri ini jangan kita biarkan terpuruk hanya karena ingin menjaga gengsi sekolah dengan memberikan bocoran soal ujian UN kepada para murid. Memberikan pendidikan yang benar saja belum tentu meningkatkan kualitas murid sekolah, apalagi mengajari mereka berbuat curang, hanya demi nama sekolah. Buatlah nama sekolah terkenal karena mutunya, bukan karena berhasil meluluskan muridnya dalam jumlah banyak, padahal kualitasnya rendah.

Belum kering ludah kita berbicara tentang peradaban bangsa yang pada ujungnya menimbulkan krisis multidimensi melanda negara ini, hingga membuat kita sadar bahwa selama ini kita memang jauh dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat penting bagi bangsa yang mengaku santun ini, walau.sesungguhnya jauh dari essensi santun. Mari kita melebarkan mata sejenak untuk menatap lurus ke depan, berapa banyak penegak hukum yang justru dihukum, berapa banyak pelayan publik yang justru minta dilayani. Ini semua akibat dari pendidikan karakter yang terabaikan.

Akibat tidak adanya pendidikan karakter, tidak heran bila pengambil kebijakan, selalu mengambil kebijakan yang tidak bijak, apalagi pembodohan masyarakat juga dipamerkan secara sistematis oleh mereka calon pengambil kebijakan. Dan tidak jarang sebagian besar masyarakat kita masih terbuai dengan janji-janji para calon pengambil kebijakan jika mereka terpilih maka kehidupan akan lebih baik untuk semua orang.

Sesungguhnya permasalahan tersebut diatas dimulai dari pendidikan yang dienyam di bangku sekolah di Indonesia jauh dari karakter bangsa. Pihak pemerintah selaku pembuat kebijakan pendidikan dan pihak tenaga pendidik selaku pelaksana kebijakan belum mengajarkan banyak pelajaran penting soal karakter kepada anak didiknya.

Menurut penulis, dalam melaksanakan pendidikan karakter, paling utama yang sekolah harus ajarkan ke semua peserta didik adalah semangat untuk maju yang ditandai dengan semangat untuk belajar. Sekolah semestinya memperingatkan para peserta didik bahwa hidup mereka sebagai individu ataupun sebagai masyarakat tidak akan pernah mencapai kemajuan berarti bila mereka tidak berusaha keras untuk senantiasa belajar hal-hal baru dan bekerja giat untuk mendapatkan apa yang mereka impikan.

Realita yang ada selama ini justru malah jauh panggang dari api dan membuat kita “ngelus dada” (kebangeten : meminjam kata-kata ibu saya). Mental sebagian besar masyarakat kita terkooptasi pengambil kebijakan, yaitu ingin mendapatkan sesuatu dengan cara yang mudah. Oleh karena itu seringkali kita melupakan segala aturan main dan menghalalkan segala cara, tak peduli melanggar aturan dan norma. selama bisa mencapai segala sesuatu dengan cara mudah, “why not”, miris mendengarnya.

Hal tersebut diatas ditandai dengan pembiaran perilaku mencontek saat UN dan berlanjut dengan perilaku korupsi dan kolusi di dunia kerja. Bangsa kita sangat mendambakan kehidupan bak negeri seribu satu malam, dimana sebuah “lampu aladin” menjadi pemecahan segala masalah. Tidak seperti bangsa lain dimana pendidikan diperlukan kerja keras, pantang menyerah tidak mengenal putus asa, dan itu sudah ditanamkan sejak usia dini. Para orangtua dan guru, bahu membahu melatih anak-anak bangsa mereka untuk bisa mandiri, bertanggungjawab, dan memecahkan masalah mereka sendiri.

Demikian sambutan dari saya, semoga Hardiknas menjadi momentum terlaksananya pendidikan karakter. Apabila ada kesalahnan dalam penyampaian saya mohon maaf. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar