Minggu, 06 Juni 2010

Hardiknas dan Pendidikan Kita
04/05/2010
tags: PENDIDIKAN
by almanar

TIAP KALI memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 Mei, kita selalu dihadapkan kepada berbagai persoalan tentang pendidikan. Meski negeri ini telah mengecap kemerdekaan selama 65 tahun pada 17 Agustus 2010 nanti, tapi kemajuan pendidikan khususnya yang selalu diharapkan tidak juga mampu kita capai. Kenyataan itu semakin membuat kita terenyuh, manakala menyaksikan negeri yang baru tumbuh dan menjadikan Indonesia sebagai tempat warganya menimba ilmu sudah meraih berbagai kemajuan. Bahkan melampaui negeri kita. Di mana letak kesalahannya?.

Kalau dibilang anak negeri ini tidak cukup pintar, rasanya tidak beralasan, karena tiap kali mengirimkan utusan dalam olimpiade dan kejuaraan berbasis pendidikan lainnya untuk adu llmu, kita selalu meraih gelar juara. Lantas apanya yang salah?.

Rasanya tidak salah kalau setiap memperingati Hardiknas, kita selalu diajak merenung dan berhenti pada satu pertanyaan sudah seberapa jauh kemajuan dunia pendidikan di negeri ini? Semua Warga Negara Indonesia, mulai dari pejabat hingga orangtua kalangan berpunya sampai si miskin papa selalu menjawab serupa bahwa pendidikan sangat dibutuhkan, terutama untuk mengangkat harkat dan martabat serta kemajuan negara. Anehnya meskipun semua orang sudah berpikir sama tentang makna pendidikan dan pentingnya ilmu bagi kalangan generasi bangsa untuk membangun masa depan Indonesia, tapi tetap saja negeri ini bagai tak perduli terhadap peningkatan peranan pendidikan di dalam negeri.

Lebih aneh lagi rasanya, tiap kali jelang peringatan Hardiknas kita selalu dihadapkan kepada keresahan para orangtua dan anak didik kita mulai setingkat SMA, SMP dan SD yang menghadapi Ujian Nasional (UN). Kekhawatiran para orangtua bukan karena anak mereka terlalu bodoh, tapi karena sistem UN lebih banyak bersifat untung-untungan serta sangat tergantung dengan kepiawaian kepala sekolah dan yayasan tempat anak mereka menuntut ilmu dalam mencari solusi agar anak-anak asuh mereka lulus 100 persen. Meski banyak sekolah membantah, tapi kenyataannya para anak didik secara sembunyi-sembunyi mengakui mereka lulus karena sudah diberi jawaban oleh para guru pembimbingnya sehingga saat menghadapi UN tinggal mencocokkan jawaban nya.

Meski berbagai kritik dan masukan telah diberikan, tapi anehnya pemerintah tidak bergeming dan masih beranggapan bahwa UN satu-satunya jalan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air.Keprihatinan kita semakin memuncak saat mengetahui pemerintah ternyata tidak pernah melakukan perubahan yang mendasar terkait peningkatan pendidikan di tanah air.Oleh karenanya kita berharap agar para pembuat kebijakan pendidikan di tanah air dapat mengubah kerangka berpikir (mindset) karena mengingat kondisi pendidikan kita saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Kita selalu menuntut agar dibuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi para pekerja kita, tapi kenyataannya pekerja kita tidak siap pakai dan siap bersaing saat lapangan kerja dibuka. Padahal kondisi itu semuanya terkait dengan peningkatan kualitas pendidikan.Kalau kualitas pendidikan meningkat berarti mendongkrak seluruh sektor peningkatan kemajuan bangsa.

Akibat rendahnya berbagai ukuran kemajuan pendidikan dan SDM anak negeri ini, sehingga tidak heran Indonesia hingga hari ini menjadi bulan-bulanan berbagai kebijakan asing yang ditandai gampangnya masuk budaya asing serta membanjirnya beragam produk impor di pasar dalam negeri. Kondisi itu juga semakin diperparah dengan “membanjirnya” anak negeri ini yang pergi menuntut ilmu ke luar negeri. Meski di satu sisi sangat membanggakan karena para generasi muda itu nanti akan pulang dengan ilmu yang memadai, namun di sisi lain hal itu merupakan ironi kalau kualitas pendidikan di negeri ini sudah tidak bisa diharapkan lagi sehingga orangtua lebih percaya mengirimkan anak-anak mereka ke luar negeri daripada mendidiknya di tanah air sendiri.

Diharapkan melalui Hardiknas yang baru kita peringati, kembali mengingatkan dan menjadi renungan bagi kita semua akan pentingnya pendidikan untuk memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hingga apa yang menjadi cita-cita bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara yang dicetuskannya dalam “Sepuluh Intisari Fatwa” dapat diwujudkan, terutama dalam memajukan pendidikan untuk kemuliaan bagi bangsa dan negara Indonesia. Tantangan maha berat sesungguhnya ada di depan mata, karenanya ke depan kita berharap tidak ada lagi sistem “uji-coba” dan “bongkar pasang” dalam dunia pendidikan kita.

Sumber: Tajuk Rencana Harian Analisa





Education Day and Education We
05/04/2010
tags: EDUCATION
by Almanar

ONCE EACH commemorate the Day of National Education (Education Day) on May 2, we are always faced with various problems concerning education. Although the country has been labeled during 65 years of independence on August 17, 2010 will be, but the advancement of education in particular who always hoped we could not also achieve. The fact that more and makes us so touched, when the country witnessed a new growth and make Indonesia as a place to gain knowledge of its citizens already achieved some progress. Even beyond our country. Where is the fault?.

If you say children of this country are not smart enough, it seems not unreasonable, because every time sent representatives in the Olympics and other championships to compete based science education, we always won. So what's so wrong?.

It was not wrong when every commemorate Education Day, we are always invited to reflect and stop at one question how far the progress of education in this country? All Indonesian citizen, ranging from officials to parents among the haves to the destitute poor are always the same answer that education is needed, especially to raise the dignity and progress of the country. Strangely though everyone was thinking the same about the meaning and importance of science education for the generations to build the future nation of Indonesia, but still this country like no matter to increase the role of education in the country.

More strange it seems, every time the warning ahead of our Education Day is always faced with the restlessness of our parents and students start high school level, junior high and elementary schools that face the National Examination (UN). Concerns the child's parents not because they are too stupid, but because the UN system more chancy nature and depend on the expertise of school principals and foundations place their children studying in seeking solutions to their foster children graduating 100 percent. Even though many schools argue, but in reality the students secretly admit they graduate because it had been given answers by mentor teachers so as to face the UN live match her answers.

Despite various criticisms and suggestions have been given, but strangely, the government did not budge and still think that the UN is the only way to improve and enhance the quality of education in the land air.Keprihatinan heightened when we know the government was never committed a fundamental change in the related increase in education air.Oleh soil, therefore, we hope that education policy makers in this country can change the frame of thinking (mindset) because given the current condition of our education is very worrying. We always demand that jobs be opened as wide as possible for our workers, but in reality workers are no ready-made and ready to compete when the job opened. Though conditions are all associated with increased quality means increased pendidikan.Kalau boost education quality improvement across all sectors of the nation.

Progress of various sizes due to low education and human resources of this country boy, so no wonder Indonesia to this day became a month-monthly variety of foreign policy marked a trivial entry of foreign cultures and diverse flood of imported products in domestic market. The condition was also aggravated by "flooding" the country boy who went to study abroad. Even in one hand, very proud because the young generation will come home with adequate knowledge, on the other hand it is a irony kalau kualitas education in this country can not be expected again sehingga more confidence in parents of children mengirimkan them abroad instead of educating him in his own homeland.

Hopefully, through the new Education Day we commemorate, and to muse again reminded us all of the importance of education to advance the national and state life. Up to what became the father of the ideals of National Education, Ki Hajar Dewantara which dicetuskannya in "Ten Highlights Fatwa" can be realized, particularly in promoting education for the glory to the nation of Indonesia. Very onerous real challenge is in front of the eye, so in the future we hope there is no system of "trial" and "unloading tide" in our education.

Source: Daily Headers Plan Analysis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar