Minggu, 06 Juni 2010

idato Mendiknas RI, Mohammad Nuh yang intinya menitikberatkan pada pendidikan karakter untuk membangun peradaban bangsa.

Belum kering ludah kita berbicara tentang peradaban bangsa yang pada ujungnya menimbulkan krisis multidimensi melanda negara ini, hingga membuat kita sadar bahwa selama ini kita memang jauh dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat penting bagi bangsa yang mengaku santun ini, walau.sesungguhnya jauh dari essensi santun. Mari kita melebarkan mata sejenak untuk menatap lurus ke depan, berapa banyak penegak hukum yang justru dihukum, berapa banyak pelayan publik yang justru minta dilayani. Ini semua akibat dari pendidikan karakter yang terabaikan.

Akibat tidak adanya pendidikan karakter, tidak heran bila pengambil kebijakan, selalu mengambil kebijakan yang tidak bijak, apalagi pembodohan masyarakat juga dipamerkan secara sistematis oleh mereka calon pengambil kebijakan. Dan tidak jarang sebagian besar masyarakat kita masih terbuai dengan janji-janji para calon pengambil kebijakan jika mereka terpilih maka kehidupan akan lebih baik untuk semua orang.

Sesungguhnya permasalahan tersebut diatas dimulai dari pendidikan yang dienyam di bangku sekolah di Indonesia jauh dari karakter bangsa. Pihak pemerintah selaku pembuat kebijakan pendidikan dan pihak tenaga pendidik selaku pelaksana kebijakan belum mengajarkan banyak pelajaran penting soal karakter kepada anak didiknya.

Menurut penulis, dalam melaksanakan pendidikan karakter, paling utama yang sekolah harus ajarkan ke semua peserta didik adalah semangat untuk maju yang ditandai dengan semangat untuk belajar. Sekolah semestinya memperingatkan para peserta didik bahwa hidup mereka sebagai individu ataupun sebagai masyarakat tidak akan pernah mencapai kemajuan berarti bila mereka tidak berusaha keras untuk senantiasa belajar hal-hal baru dan bekerja giat untuk mendapatkan apa yang mereka impikan.

Realita yang ada selama ini justru malah jauh panggang dari api dan membuat kita “ngelus dada” (kebangeten : meminjam kata-kata ibu saya). Mental sebagian besar masyarakat kita terkooptasi pengambil kebijakan, yaitu ingin mendapatkan sesuatu dengan cara yang mudah. Oleh karena itu seringkali kita melupakan segala aturan main dan menghalalkan segala cara, tak peduli melanggar aturan dan norma. selama bisa mencapai segala sesuatu dengan cara mudah, “why not”, miris mendengarnya.

Hal tersebut diatas ditandai dengan pembiaran perilaku mencontek saat UN dan berlanjut dengan perilaku korupsi dan kolusi di dunia kerja. Bangsa kita sangat mendambakan kehidupan bak negeri seribu satu malam, dimana sebuah “lampu aladin” menjadi pemecahan segala masalah. Tidak seperti bangsa lain dimana pendidikan diperlukan kerja keras, pantang menyerah tidak mengenal putus asa, dan itu sudah ditanamkan sejak usia dini. Para orangtua dan guru, bahu membahu melatih anak-anak bangsa mereka untuk bisa mandiri, bertanggungjawab, dan memecahkan masalah mereka sendiri.

Dipenghujung tulisan ini, semoga Hardiknas, menjadi momentum terlaksananya pendidikan karakter… Amin

“SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL”





idato RI Minister, Mohammad Nuh, a core emphasis on character education to build the civilization of the nation.

Not yet dry saliva we are talking about a nation that at the end of civilization raises the multidimensional crisis hit this country, to make us realize that so far we are away from character education. Character education is very important for people who claim this polite, courteous walau.sesungguhnya distant from essence. Let's take a moment to extend his eyes staring straight ahead, how many are actually punished law enforcement, how many public servants who actually asked to be served. This is all a result of character education is neglected.

Due to lack of character education, do not be surprised if policy makers, always take a policy that is not wise, especially duping the public is also exhibited systematically by their prospective policy makers. And not infrequently the majority of our society are still swayed by promises of the candidates if they are elected policy makers then life will be better for everyone.

Indeed the question above, starting from the dienyam education in school in Indonesia is far from the character of the nation. Party government as education policy makers and other educators as policy implementers have not taught him many important lessons about the character to their students.

According to the authors, in implementing character education, most primary schools must be taught to all students is the spirit to go forward which is marked by a passion for learning. Schools should have warned his students that their lives as individuals or as a society will never achieve meaningful progress if they do not strive to constantly learn new things and work hard to get what they dreamed of.

Reality is there for precisely this fact far from the fire and make us "ngelus chest" (kebangeten: borrow the words of my mother). Mental co-opted most of the policy makers of our society, that want to get things the easy way. Therefore, we often forget all the rules and justifies every means, no matter violate rules and norms. long as I can achieve anything the easy way, "why not", Sad to hear it.

The above condition is marked by cheating behaviors while letting the UN and to continue corruption and collusive behavior in the workplace. Our nation is longing for the life of the country like a thousand and one nights, where a "lamp light" to solving any problem. Unlike other nations where education is needed to work hard, never give up in despair do not know, and that was instilled from an early age. The parents and teachers, hand in hand to train the children to their nations to be independent, responsible, and solve their own problems.

Dipenghujung this writing, hopefully Education Day, the momentum of the implementation of character education ... Amen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar