CONTOH PIDATO TENTANG HARDIKNAS (UNTUK MBK EMA TERBARU)
Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat siang,
Yang terhormat Kepala Sekolah SD Blado 1, Muchalidin.
Yang terhormat Wakil Kepala Sekolah SD Blado 1 Hadi Sumitro.
Yang terhormat guru-guru SD Blado 1.
Beserta seluruh murid SD Blado 1 yang berbahagia.
Yang terhormat guru-guru Bapak dan Ibu dewanjuri.
Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Illahi Robbi, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk melaksanakan acara ini dalam rangka Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Marilah keempatan yang baik ini kita gunakan pula untuk menjalin kebersamaan di sekolah yang kita cintai ini.
Hadirin yang saya hormati!
Setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, yang sering disingkat dengan Hardiknas. Untuk tahun ini Hardiknas mengambil tema Pendidikan Sains, Teknologi dan Seni Menjamin Pembangunan Berkelanjutan dan Meningkatkan Daya Saing Bangsa.
Tanggal 2 Mei adalah hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, yang lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889. Ki Hajar Dewantara adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pendiri Perguruan Taman Siswa. Lembaga pendidikan yang didirikannya itu merupakan tempat bagi pribumi untuk mendapatkan pendidikan seperti yang diperoleh para priayi serta masyarakat Belanda di Indonesia.
Melihat tema yang ditampilkan pada Hardiknas kali ini, kita sebenarnya bangga dengan keberhasilan anak-anak bangsa yaitu teman-teman kita yang telah banyak meraih medali emas dalam berbagai olimpiade sains di luar negeri. Anak-anak Indonesia tidak kalah dan bahkan sering menjadi yang terbaik dalam setiap olimpiade sains yang diselenggarakan oleh masyarakat internasional.
Sayangnya, hingga saat ini mutu pendidikan di Indonesia belum merata. Kita tidak mungkin bisa menyamakan kualitas pendidikan di Papua dengan di Surabaya. Atau, Kalimantan dengan Bandung atau perbandingan lainnya. Bahkan, dalam satu provinsi saja, kualitas satu sekolah dengan sekolah lainnya sangat jauh perbedaannya. Oleh karena itu, kita bisa maklum di perguruan tinggi tertentu mahasiswanya hanya berasal dari sekolah tertentu pula, karena di sini kualitas menjadi yang utama.
Dalam ujian nasional (UN) yang sudah berlangsung belum lama ini, tentunya kita terenyuh mendengar ada pihak yang membocorkan jawaban soal UN. Pembocoran jawaban soal UN dilakukan kepala sekolah, karena tidak ingin banyak anak didiknya yang tidak lulus UN, sehingga sekolah tersebut turun citranya di mata masyarakat. Siswa pun juga saling mencontek untuk bisa lolos dari UN.
Apa yang dilakukan orang yang tidak bertanggung jawab ini dalam membocorkan soal UN ini seharusnya membuka mata kita semua bahwa ada upaya-upaya menutupi kebobrokan mutu pendidikan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi orang terdepan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Yang dilakukan para kepala sekolah yang membocorkan jawaban soal UN tersebut tentunya akan membuat kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Apalagi, jika hal itu dilakukan oleh kepala sekolah di daerah yang kualitas pendidikannya pendidikannya masih sangat rendah. Akibatnya, kualitas pendidikan akan semakin turun.
Menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini, kita harus sadar kualitas bangsa Indonesia harus semakin ditingkatkan. Jika tidak, maka pekerja-pekerja asing akan menguasai negeri kita. Mereka akan menduduki posisi-posisi penting, sementara orang Indonesia hanya sebagai karyawan biasa.
Kualitas pendidikan yang rendah membuat bangsa ini tidak mampu bersaing dengan bangsa lain. Tentunya, kita tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dengan bangsa lain. Kualitas pendidikan di negeri ini jangan kita biarkan terpuruk hanya karena ingin menjaga gengsi sekolah dengan memberikan bocoran soal ujian UN kepada para murid. Memberikan pendidikan yang benar saja belum tentu meningkatkan kualitas murid sekolah, apalagi mengajari mereka berbuat curang, hanya demi nama sekolah. Buatlah nama sekolah terkenal karena mutunya, bukan karena berhasil meluluskan muridnya dalam jumlah banyak, padahal kualitasnya rendah.
Dalam Peringatan Hardiknas kali ini, ada tiga makna yang dapat kita gali. Pertama, Hardiknas sebagai hari untuk merenungkan perjalanan panjang yang telah dilalui terkait dengan cita-cita pendidikan nasional dalam mencerdaskan bangsa. Kedua, Hardiknas merupakan hari untuk introspeksi diri terhadap dunia pendidikan kita di Indonesia tercinta. Ketiga, Hardiknas memberikan peluang kepada kita untuk mempersiapkan pendidikan yang lebih baik.
Hardiknas yang juga mengangkat tema “Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa”. Tema itu tidak hanya tentang perubahan-perubahanan yang terjadi pada kehidupan bangsa ini, tetapi juga sudah sesuai dengan cita-cita Ki Hajar Dewantoro, bahwa pendidikan merupakan upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan pertumbuhan kita sebagai anak muda penerus generasi bangsa.
Hadirin yang saya hormati!
Marilah Hardiknas ini kita maknai dalam konteks kehidupan kita sebagai pelajar, di sekolah masing-masing yang tercinta pastimya dan menjadi kebanggaan masyarakatnya. Kita harus mengakui bahwa negara kita telah berjuang keras untuk menata dan membangun diri dalam pendidikan khususnya. Tetapi, kita sadar bahwa masih banyak yang harus dibenahi untuk menuju dunia pendidikan yang kita idamkan. Dunia pendidikan yang kita idamkan itu secara global merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai insan pelajar di Indonesia tercinta ini. Karena itu, perkenankanlah saya mengajak Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan Hadirin sekalian untuk memahami kondisi-kondisi dunia pendidikan kita dari segi kekurangan dan kelebihannya. Dengan pemahaman itu, marilah kita berpartisipasi secara optimal sesuai dengan posisi dan peran kita masing-masing.
Para Hadirin, sebenarnya diri kita sedang membangun citra. Untuk itu, penguatan kapasitas diperlukan untuk meningkatkan layanan yang berkualitas dan memadai merupakan kunci utama keberhasilan membangun citra pendidikan kita di Indonesia ini. Pada dasarnya, peningkatan kapasitas kelembagaan itu terfokus sarana dan prasarana yang harus disediakan.
Ki Hajar Dewantara seorang tokoh pendidikan Indonesia yang memprakarsai berdirinya lembaga pendidikan Taman siswa. Dia lebih terkenal dengan filsafat” tut wuri handayani, hing madya mangun karsa, hing ngarso sung tulada
Selama bersekolah, kami sebagai siswa sangat bangga dan berterima kasih dengan semua guru yang telah mengajar di sekolah ini, yang dengan sangat baik, tidak pernah pilih kasih dalam mendidik, sangat sabar dan tidak kenal lelah dalam membimbing kami. Berkat jerih payah semua guru, kami pun dapat belajar di SD kita tercinta ini.
Biar bagaimanapun guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa dan tanpa pamrih yang merupakan tonggak utama dalam terciptanya dunia pendidikan. Hendaknya penghormatan yang besar kita tujukan kepada pahlawan-pahlawan kita tersebut. Tidak lupa pila peran serta orang tua sebagai guru kita secara tidak langsung dalam terwujudnya pendidikan keluarga yang baik sebagai dasar atau pondasi utama untuk membangun pendidikan yang di dapat di sekolah masing-masing yang bersumber dari guru kita. Maka sudah selayaknya kita sebagai anak yang taat pada kedua orang tua menghormati dan menghargai mereka yang telah mendidik kita dengan sabar di rumah, sama seperti para guru kita di sekolah. Pendidikan diperlukan kerja keras, pantang menyerah tidak mengenal putus asa, dan itu sudah ditanamkan sejak usia dini. Para orangtua dan guru, bahu membahu melatih anak-anak bangsa mereka untuk bisa mandiri, bertanggungjawab, dan memecahkan masalah mereka sendiri.
Dengan taat pada mereka serta mau belajar dengan keras, rajin, tekun, serta ulet maka kita sebagai anak muda penerus generasi bangsa diharapkan mampu untuk mewujudkan dunia pendidikan kita agar bisa berubah ke arah yang lebih baik dari sekarang tentunya. Semoga dengan meningkatnya kualitas pendidikan kita, maka derajat kita bangsa Indonesia bisa terangkat di mata dunia.
Mudah-mudahan semua guru yang bertugas mengajar di sekolah ini dapat diberikan kesehatan yang baik dan diberi kebahagiaan selalu.
Akhir kata sampai disini, semoga bangsa Indonesia lebih meningkatkan dan mencerdaskan serta menciptakan anak-anak didik kreatif yang berguna bagi bangsa dan negara. Saya mau mengucapkan sukses selalu buat teman2, doa saya menyertai teman2 semua...
Demikian Saudara-saudara. Atas perhatian Saudara-saudara untuk menghadiri upacara ini saya sampaikan terima kasih. Mohon maaf sekiranya ada kesalahan. Mudah-mudahan Tuhan senantiasa bersama kita. Amin.
Wassalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
EXAMPLES OF ADDRESS ON Education Day (MBK FOR LATEST EMA)
Assalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Good afternoon,
Dear Elementary School Principal Blado 1, Muchalidin.
Dear Vice Principal Primary Blado a Sumitro Hadi.
Dear Elementary School teachers Blado 1.
And all primary school pupils are happy Blado 1.
Dear teachers Mr. and Mrs. dewanjuri.
Let us praise praise to the divine presence Robbi, God the Most Gracious, Most Merciful, who has given us the opportunity to conduct this event in the framework of the National Education Day (Education Day). Keempatan Let us use this good also to establish unity in our beloved school.
Ladies and Gentlemen!
Each dated May 2 is celebrated as National Education Day, which is often abbreviated as Education Day. For this year's Education Day takes the theme of Education Science, Technology and the Arts Ensure Sustainable Development and Enhancing Competitiveness Nations.
Dated May 2 is the birthday of Ki Hajar Dewantara, who was born in Yogyakarta on May 2, 1889. Ki Hajar Dewantara is the Indonesian independence movement activist and founder of College Student Park. Establishment of institutions that are home to native to get an education as well priayi obtained the Dutch community in Indonesia.
See displayed on the Education Day theme this time, we're actually proud of the success of the nation's children are our friends who have won many Olympic gold medals in a variety of science abroad. Indonesian children do not lose and even often be the best in each Science Olympiad organized by the international community.
Unfortunately, until now the quality of education in Indonesia has not been equitable. We can not equate the quality of education in Papua and in Surabaya. Or, Kalimantan Bandung or comparison with others. In fact, in one province alone, the quality of one school with another school very much difference. Therefore, we can understand in a certain college students only from a particular school too, because here the quality of the primary.
In the national exam (UN) which has lasted not long ago, of course, we touched to hear there are parties who leaked examination answers. Leak the answers to the UN chief made the school, because they do not want a lot of their students did not pass the examination, so that the school has declined so its image in the eyes of society. Students were also cheated on each other to get away from the UN.
What do people who are not responsible for the leak about the UN This was supposed to open our eyes all that there are efforts to cover the depravity of the quality of education by people who should be the leader in improving education quality. Undertaken by the principal who leaked examination answers to these questions will make the quality of education in Indonesia is worse off. Moreover, if it is done by the school principal in the areas of education quality education is still very low. As a result, the quality of education will decrease.
Facing today's globalization era, we must realize the quality of the Indonesian nation must continue to improve. If not, then foreign workers will rule our country. They will occupy important positions, while Indonesia only as a regular employee.
Low quality of education that make this nation can not afford to compete with other nations. Obviously, we do not want this nation can not compete with other nations. The quality of education in this country do not we let the drowning just because the school wanted to maintain their prestige by giving the UN leaked exam questions to the students. Providing proper education alone does not necessarily improve the quality of school students, let alone teach them to cheat, just to name the school. Make a school known for its quality, not because of successful graduate students in quantity, but quality is low.
In Memorial Education Day this time, there are three meanings that we can dig. First, the Education Day as a day to contemplate the long journey that has been passed related to the ideals of national education in the nation. Second, the Education Day is a day for introspection on our education in Indonesia beloved. Third, the Education Day provides an opportunity for us to prepare better education.
Education Day is also the theme of "Character Education for Developing Nations Civilization." The theme is not just about perubahanan changes that occurred in the life of this nation, but also is in conformity with the ideals of Ki Hajar Dewantoro, that education is an effort to promote the growth of character, mind, and our growth as a successor generation of young people.
Ladies and Gentlemen!
Let us maknai Education Day this in the context of our life as a student, at their respective schools pastimya beloved and become the pride of the society. We must acknowledge that our country has struggled to organize and establish themselves in education in particular. However, we realize that there is still much that must be addressed toward the education that we desire. Educational world that we desire it globally is our responsibility as individuals in Indonesia this beloved student. Therefore, let me ask gentlemen, Ladies, and Ladies and Gentlemen to understand the conditions of our education in terms of shortage and excess. With that understanding, let us participate in an optimal fit with the position and role of each of us.
The attendees, in fact we are building self-image. To that end, strengthening the capacity needed to improve service quality and adequate is the main key of success to build the image of our education in Indonesia. Basically, it focused on institutional capacity building and infrastructure facilities should be provided.
Ki Hajar Dewantara a character education in Indonesia, who initiated the establishment of educational institutions Park students. He is more famous for its philosophy of "tut wuri handayani, until middle Mangun intention, until ngarso sung tulada
During school, we as students are very proud and grateful to all teachers who have taught at this school, which is very good, never favoritism in educating, very patient and indefatigable in guiding us. Thanks to the efforts of all teachers, we too can learn at our beloved school.
After all teachers are unsung heroes and selfless which is a major milestone in the creation of the world of education. Respect should be addressed to our great heroes we are. Pila not forget the role of parents as teachers we are not directly in the realization of a good family education as a basis or foundation to build a major in education can at each school that comes from our teachers. It is only fitting that we as children obey their parents to respect and appreciate those who have patiently educating us at home, just like our teachers at school. Education is needed to work hard, never give up in despair do not know, and that was instilled from an early age. The parents and teachers, hand in hand to train the children to their nations to be independent, responsible, and solve their own problems.
By adhering to them and want to study hard, diligent, industrious, and resilient then we as a successor generation of young people expected to be able to realize our education to be changed for the better from now on course. Hopefully with the increasing quality of our education, then the degree we can lift the Indonesian nation in the eyes of the world.
I hope all the teachers in charge of teaching at this school can be given good health and happiness always given.
Finally, I hope the Indonesian people to improve and achieve more and create children's creative students that are useful for the nation. I would say success is always made teman2, my prayer is with teman2 all ...
Likewise gentlemen. Gentlemen your attention to attend this ceremony I would like to thank you. We apologize if there was an error. I hope God is always with us. Amen.
Wassalaamu alaykum warahmatullahi wabarakatuh.
Selasa, 08 Juni 2010
Senin, 07 Juni 2010
PIDATO UNTUK MBAK EMA VERSI INGGRIS
TEXT MESSAGE ON NATIONAL EDUCATION DAY Commemoration Ceremony DATE 2 MAY 2010UPACARA WARNING Education Day
DATE 3 MEI 2010
Assalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Let us praise praise the presence of Almighty God, who has given us the opportunity to implement the National Education Day Commemoration Ceremony (Education Day). At this opportunity we also use to hold a family friendship colleagues at our beloved institution.
Ladies and Gentlemen!
Each dated May 2 is celebrated as National Education Day, which is often abbreviated as Education Day. For this year's Education Day takes the theme of Education Science, Technology and the Arts Ensure Sustainable Development and Enhancing Competitiveness Nations.
Dated May 2 is the birthday of Ki Hajar Dewantara, who was born in Yogyakarta on May 2, 1889. Ki Hajar Dewantara is the Indonesian independence movement activist and founder of College Student Park. Establishment of institutions that are home to native to get an education as well priayi obtained the Dutch community in Indonesia.
See displayed on the Education Day theme this time, we're actually proud of the success of the nation's children who have won many Olympic gold medals in a variety of science abroad. Indonesian children do not lose and even often be the best in each Science Olympiad held various international bodies.
Unfortunately, until now the quality of education in Indonesia has not been equitable. We can not equate the quality of education in Papua and in Surabaya. Or, Kalimantan Bandung or comparison with others. In fact, in one province alone, the quality of one school with another school very much difference. Therefore, we can understand in a certain college students only from a particular school too, because here the quality of the primary.
In the national exam (UN), which had lasted for high school and junior high level, just recently, we certainly have touched to hear the principal involvement of leaking the answers to the UN. Leak the answers to the UN chief made the school, because they do not want many children who do not pass the national examination students, so the school has declined so its image in the eyes of society.
What does the head as if it should open our eyes all that there are efforts to cover the depravity of the quality of education by people who should be the leader in improving education quality. Undertaken by the principal who leaked examination answers to these questions will make the quality of education in Indonesia is worse off. Moreover, if it is done by the school principal in an area that is still very low quality of education. As a result, the quality of education will decrease.
Facing today's globalization era, we must realize the quality of the Indonesian nation must continue to improve. If not, then foreign workers will rule our country. They will occupy important positions, while Indonesia only as a regular employee.
Low quality of education that make this nation can not afford to compete with other nations. Obviously, we do not want this nation can not compete with other nations. The quality of education in this country do not we let the drowning just because the school wanted to maintain their prestige by giving the UN leaked exam questions to the students. Providing proper education alone does not necessarily improve the quality of school students, let alone teach them to cheat, just to name the school. Make a school known for its quality, not because of successful graduate students in quantity, but quality is low.
Not yet dry saliva we are talking about a nation that at the end of civilization raises the multidimensional crisis hit this country, to make us realize that so far we are away from character education. Character education is very important for people who claim this polite, courteous walau.sesungguhnya distant from essence. Let's take a moment to extend his eyes staring straight ahead, how many are actually punished law enforcement, how many public servants who actually asked to be served. This is all a result of character education is neglected.
Due to lack of character education, do not be surprised if policy makers, always take a policy that is not wise, especially duping the public is also exhibited systematically by their prospective policy makers. And not infrequently the majority of our society are still swayed by promises of the candidates if they are elected policy makers then life will be better for everyone.
Indeed the question above, starting from the dienyam education in school in Indonesia is far from the character of the nation. Party government as education policy makers and other educators as policy implementers have not taught him many important lessons about the character to their students.
According to the authors, in implementing character education, most primary schools must be taught to all students is the spirit to go forward which is marked by a passion for learning. Schools should have warned his students that their lives as individuals or as a society will never achieve meaningful progress if they do not strive to constantly learn new things and work hard to get what they dreamed of.
Reality is there for precisely this fact far from the fire and make us "ngelus chest" (kebangeten: borrow the words of my mother). Mental co-opted most of the policy makers of our society, that want to get things the easy way. Therefore, we often forget all the rules and justifies every means, no matter violate rules and norms. long as I can achieve anything the easy way, "why not", Sad to hear it.
The above condition is marked by cheating behaviors while letting the UN and to continue corruption and collusive behavior in the workplace. Our nation is longing for the life of the country like a thousand and one nights, where a "lamp light" to solving any problem. Unlike other nations where education is needed to work hard, never give up in despair do not know, and that was instilled from an early age. The parents and teachers, hand in hand to train the children to their nations to be independent, responsible, and solve their own problems.
So welcome from me, hopefully the momentum Education Day implementation of character education. If there is in the delivery kesalahnan I apologize. Thank you.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
DATE 3 MEI 2010
Assalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Let us praise praise the presence of Almighty God, who has given us the opportunity to implement the National Education Day Commemoration Ceremony (Education Day). At this opportunity we also use to hold a family friendship colleagues at our beloved institution.
Ladies and Gentlemen!
Each dated May 2 is celebrated as National Education Day, which is often abbreviated as Education Day. For this year's Education Day takes the theme of Education Science, Technology and the Arts Ensure Sustainable Development and Enhancing Competitiveness Nations.
Dated May 2 is the birthday of Ki Hajar Dewantara, who was born in Yogyakarta on May 2, 1889. Ki Hajar Dewantara is the Indonesian independence movement activist and founder of College Student Park. Establishment of institutions that are home to native to get an education as well priayi obtained the Dutch community in Indonesia.
See displayed on the Education Day theme this time, we're actually proud of the success of the nation's children who have won many Olympic gold medals in a variety of science abroad. Indonesian children do not lose and even often be the best in each Science Olympiad held various international bodies.
Unfortunately, until now the quality of education in Indonesia has not been equitable. We can not equate the quality of education in Papua and in Surabaya. Or, Kalimantan Bandung or comparison with others. In fact, in one province alone, the quality of one school with another school very much difference. Therefore, we can understand in a certain college students only from a particular school too, because here the quality of the primary.
In the national exam (UN), which had lasted for high school and junior high level, just recently, we certainly have touched to hear the principal involvement of leaking the answers to the UN. Leak the answers to the UN chief made the school, because they do not want many children who do not pass the national examination students, so the school has declined so its image in the eyes of society.
What does the head as if it should open our eyes all that there are efforts to cover the depravity of the quality of education by people who should be the leader in improving education quality. Undertaken by the principal who leaked examination answers to these questions will make the quality of education in Indonesia is worse off. Moreover, if it is done by the school principal in an area that is still very low quality of education. As a result, the quality of education will decrease.
Facing today's globalization era, we must realize the quality of the Indonesian nation must continue to improve. If not, then foreign workers will rule our country. They will occupy important positions, while Indonesia only as a regular employee.
Low quality of education that make this nation can not afford to compete with other nations. Obviously, we do not want this nation can not compete with other nations. The quality of education in this country do not we let the drowning just because the school wanted to maintain their prestige by giving the UN leaked exam questions to the students. Providing proper education alone does not necessarily improve the quality of school students, let alone teach them to cheat, just to name the school. Make a school known for its quality, not because of successful graduate students in quantity, but quality is low.
Not yet dry saliva we are talking about a nation that at the end of civilization raises the multidimensional crisis hit this country, to make us realize that so far we are away from character education. Character education is very important for people who claim this polite, courteous walau.sesungguhnya distant from essence. Let's take a moment to extend his eyes staring straight ahead, how many are actually punished law enforcement, how many public servants who actually asked to be served. This is all a result of character education is neglected.
Due to lack of character education, do not be surprised if policy makers, always take a policy that is not wise, especially duping the public is also exhibited systematically by their prospective policy makers. And not infrequently the majority of our society are still swayed by promises of the candidates if they are elected policy makers then life will be better for everyone.
Indeed the question above, starting from the dienyam education in school in Indonesia is far from the character of the nation. Party government as education policy makers and other educators as policy implementers have not taught him many important lessons about the character to their students.
According to the authors, in implementing character education, most primary schools must be taught to all students is the spirit to go forward which is marked by a passion for learning. Schools should have warned his students that their lives as individuals or as a society will never achieve meaningful progress if they do not strive to constantly learn new things and work hard to get what they dreamed of.
Reality is there for precisely this fact far from the fire and make us "ngelus chest" (kebangeten: borrow the words of my mother). Mental co-opted most of the policy makers of our society, that want to get things the easy way. Therefore, we often forget all the rules and justifies every means, no matter violate rules and norms. long as I can achieve anything the easy way, "why not", Sad to hear it.
The above condition is marked by cheating behaviors while letting the UN and to continue corruption and collusive behavior in the workplace. Our nation is longing for the life of the country like a thousand and one nights, where a "lamp light" to solving any problem. Unlike other nations where education is needed to work hard, never give up in despair do not know, and that was instilled from an early age. The parents and teachers, hand in hand to train the children to their nations to be independent, responsible, and solve their own problems.
So welcome from me, hopefully the momentum Education Day implementation of character education. If there is in the delivery kesalahnan I apologize. Thank you.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
PIDATO UNTUK MBAK EMA VERSI INDONESIA
TEKS SAMBUTAN PADA UPACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TANGGAL 2 MEI 2010UPACARA PERINGATAN HARDIKNAS
TANGGAL 3 MEI 2010
Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk melaksanakan Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Pada kesempatan yang baik ini kita gunakan pula untuk mengadakan silaturahim kekeluargaan sejawat di lembaga yang kita cintai ini.
Hadirin yang saya hormati!
Setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, yang sering disingkat dengan Hardiknas. Untuk tahun ini Hardiknas mengambil tema Pendidikan Sains, Teknologi dan Seni Menjamin Pembangunan Berkelanjutan dan Meningkatkan Daya Saing Bangsa.
Tanggal 2 Mei adalah hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, yang lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889. Ki Hajar Dewantara adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pendiri Perguruan Taman Siswa. Lembaga pendidikan yang didirikannya itu merupakan tempat bagi pribumi untuk mendapatkan pendidikan seperti yang diperoleh para priayi serta masyarakat Belanda di Indonesia.
Melihat tema yang ditampilkan pada Hardiknas kali ini, kita sebenarnya bangga dengan keberhasilan anak-anak bangsa yang telah banyak meraih medali emas dalam berbagai olimpiade sains di luar negeri. Anak-anak Indonesia tidak kalah dan bahkan sering menjadi yang terbaik dalam setiap olimpiade sains yang diselenggarakan berbagai badan internasional.
Sayangnya, hingga saat ini mutu pendidikan di Indonesia belum merata. Kita tidak mungkin bisa menyamakan kualitas pendidikan di Papua dengan di Surabaya. Atau, Kalimantan dengan Bandung atau perbandingan lainnya. Bahkan, dalam satu provinsi saja, kualitas satu sekolah dengan sekolah lainnya sangat jauh perbedaannya. Oleh karena itu, kita bisa maklum di perguruan tinggi tertentu mahasiswanya hanya berasal dari sekolah tertentu pula, karena di sini kualitas menjadi yang utama.
Dalam ujian nasional (UN) yang sudah berlangsung untuk tingkat SMA dan SMP, belum lama ini, tentunya kita terenyuh mendengar ada keterlibatan kepala sekolah yang membocorkan jawaban soal UN. Pembocoran jawaban soal UN dilakukan kepala sekolah, karena tidak ingin banyak anak didiknya yang tidak lulus UN, sehingga sekolah tersebut turun citranya di mata masyarakat.
Apa yang dilakukan kepala seolah ini seharusnya membuka mata kita semua bahwa ada upaya-upaya menutupi kebobrokan mutu pendidikan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi orang terdepan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Yang dilakukan para kepala sekolah yang membocorkan jawaban soal UN tersebut tentunya akan membuat kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Apalagi, jika hal itu dilakukan oleh kepala sekolah di daerah yang kualitas pendidikannya masih sangat rendah. Akibatnya, kualitas pendidikan akan semakin turun.
Menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini, kita harus sadar kualitas bangsa Indonesia harus semakin ditingkatkan. Jika tidak, maka pekerja-pekerja asing akan menguasai negeri kita. Mereka akan menduduki posisi-posisi penting, sementara orang Indonesia hanya sebagai karyawan biasa.
Kualitas pendidikan yang rendah membuat bangsa ini tidak mampu bersaing dengan bangsa lain. Tentunya, kita tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dengan bangsa lain. Kualitas pendidikan di negeri ini jangan kita biarkan terpuruk hanya karena ingin menjaga gengsi sekolah dengan memberikan bocoran soal ujian UN kepada para murid. Memberikan pendidikan yang benar saja belum tentu meningkatkan kualitas murid sekolah, apalagi mengajari mereka berbuat curang, hanya demi nama sekolah. Buatlah nama sekolah terkenal karena mutunya, bukan karena berhasil meluluskan muridnya dalam jumlah banyak, padahal kualitasnya rendah.
Belum kering ludah kita berbicara tentang peradaban bangsa yang pada ujungnya menimbulkan krisis multidimensi melanda negara ini, hingga membuat kita sadar bahwa selama ini kita memang jauh dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat penting bagi bangsa yang mengaku santun ini, walau.sesungguhnya jauh dari essensi santun. Mari kita melebarkan mata sejenak untuk menatap lurus ke depan, berapa banyak penegak hukum yang justru dihukum, berapa banyak pelayan publik yang justru minta dilayani. Ini semua akibat dari pendidikan karakter yang terabaikan.
Akibat tidak adanya pendidikan karakter, tidak heran bila pengambil kebijakan, selalu mengambil kebijakan yang tidak bijak, apalagi pembodohan masyarakat juga dipamerkan secara sistematis oleh mereka calon pengambil kebijakan. Dan tidak jarang sebagian besar masyarakat kita masih terbuai dengan janji-janji para calon pengambil kebijakan jika mereka terpilih maka kehidupan akan lebih baik untuk semua orang.
Sesungguhnya permasalahan tersebut diatas dimulai dari pendidikan yang dienyam di bangku sekolah di Indonesia jauh dari karakter bangsa. Pihak pemerintah selaku pembuat kebijakan pendidikan dan pihak tenaga pendidik selaku pelaksana kebijakan belum mengajarkan banyak pelajaran penting soal karakter kepada anak didiknya.
Menurut penulis, dalam melaksanakan pendidikan karakter, paling utama yang sekolah harus ajarkan ke semua peserta didik adalah semangat untuk maju yang ditandai dengan semangat untuk belajar. Sekolah semestinya memperingatkan para peserta didik bahwa hidup mereka sebagai individu ataupun sebagai masyarakat tidak akan pernah mencapai kemajuan berarti bila mereka tidak berusaha keras untuk senantiasa belajar hal-hal baru dan bekerja giat untuk mendapatkan apa yang mereka impikan.
Realita yang ada selama ini justru malah jauh panggang dari api dan membuat kita “ngelus dada” (kebangeten : meminjam kata-kata ibu saya). Mental sebagian besar masyarakat kita terkooptasi pengambil kebijakan, yaitu ingin mendapatkan sesuatu dengan cara yang mudah. Oleh karena itu seringkali kita melupakan segala aturan main dan menghalalkan segala cara, tak peduli melanggar aturan dan norma. selama bisa mencapai segala sesuatu dengan cara mudah, “why not”, miris mendengarnya.
Hal tersebut diatas ditandai dengan pembiaran perilaku mencontek saat UN dan berlanjut dengan perilaku korupsi dan kolusi di dunia kerja. Bangsa kita sangat mendambakan kehidupan bak negeri seribu satu malam, dimana sebuah “lampu aladin” menjadi pemecahan segala masalah. Tidak seperti bangsa lain dimana pendidikan diperlukan kerja keras, pantang menyerah tidak mengenal putus asa, dan itu sudah ditanamkan sejak usia dini. Para orangtua dan guru, bahu membahu melatih anak-anak bangsa mereka untuk bisa mandiri, bertanggungjawab, dan memecahkan masalah mereka sendiri.
Demikian sambutan dari saya, semoga Hardiknas menjadi momentum terlaksananya pendidikan karakter. Apabila ada kesalahnan dalam penyampaian saya mohon maaf. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
TANGGAL 3 MEI 2010
Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk melaksanakan Upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Pada kesempatan yang baik ini kita gunakan pula untuk mengadakan silaturahim kekeluargaan sejawat di lembaga yang kita cintai ini.
Hadirin yang saya hormati!
Setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, yang sering disingkat dengan Hardiknas. Untuk tahun ini Hardiknas mengambil tema Pendidikan Sains, Teknologi dan Seni Menjamin Pembangunan Berkelanjutan dan Meningkatkan Daya Saing Bangsa.
Tanggal 2 Mei adalah hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, yang lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889. Ki Hajar Dewantara adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pendiri Perguruan Taman Siswa. Lembaga pendidikan yang didirikannya itu merupakan tempat bagi pribumi untuk mendapatkan pendidikan seperti yang diperoleh para priayi serta masyarakat Belanda di Indonesia.
Melihat tema yang ditampilkan pada Hardiknas kali ini, kita sebenarnya bangga dengan keberhasilan anak-anak bangsa yang telah banyak meraih medali emas dalam berbagai olimpiade sains di luar negeri. Anak-anak Indonesia tidak kalah dan bahkan sering menjadi yang terbaik dalam setiap olimpiade sains yang diselenggarakan berbagai badan internasional.
Sayangnya, hingga saat ini mutu pendidikan di Indonesia belum merata. Kita tidak mungkin bisa menyamakan kualitas pendidikan di Papua dengan di Surabaya. Atau, Kalimantan dengan Bandung atau perbandingan lainnya. Bahkan, dalam satu provinsi saja, kualitas satu sekolah dengan sekolah lainnya sangat jauh perbedaannya. Oleh karena itu, kita bisa maklum di perguruan tinggi tertentu mahasiswanya hanya berasal dari sekolah tertentu pula, karena di sini kualitas menjadi yang utama.
Dalam ujian nasional (UN) yang sudah berlangsung untuk tingkat SMA dan SMP, belum lama ini, tentunya kita terenyuh mendengar ada keterlibatan kepala sekolah yang membocorkan jawaban soal UN. Pembocoran jawaban soal UN dilakukan kepala sekolah, karena tidak ingin banyak anak didiknya yang tidak lulus UN, sehingga sekolah tersebut turun citranya di mata masyarakat.
Apa yang dilakukan kepala seolah ini seharusnya membuka mata kita semua bahwa ada upaya-upaya menutupi kebobrokan mutu pendidikan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi orang terdepan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Yang dilakukan para kepala sekolah yang membocorkan jawaban soal UN tersebut tentunya akan membuat kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Apalagi, jika hal itu dilakukan oleh kepala sekolah di daerah yang kualitas pendidikannya masih sangat rendah. Akibatnya, kualitas pendidikan akan semakin turun.
Menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini, kita harus sadar kualitas bangsa Indonesia harus semakin ditingkatkan. Jika tidak, maka pekerja-pekerja asing akan menguasai negeri kita. Mereka akan menduduki posisi-posisi penting, sementara orang Indonesia hanya sebagai karyawan biasa.
Kualitas pendidikan yang rendah membuat bangsa ini tidak mampu bersaing dengan bangsa lain. Tentunya, kita tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dengan bangsa lain. Kualitas pendidikan di negeri ini jangan kita biarkan terpuruk hanya karena ingin menjaga gengsi sekolah dengan memberikan bocoran soal ujian UN kepada para murid. Memberikan pendidikan yang benar saja belum tentu meningkatkan kualitas murid sekolah, apalagi mengajari mereka berbuat curang, hanya demi nama sekolah. Buatlah nama sekolah terkenal karena mutunya, bukan karena berhasil meluluskan muridnya dalam jumlah banyak, padahal kualitasnya rendah.
Belum kering ludah kita berbicara tentang peradaban bangsa yang pada ujungnya menimbulkan krisis multidimensi melanda negara ini, hingga membuat kita sadar bahwa selama ini kita memang jauh dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat penting bagi bangsa yang mengaku santun ini, walau.sesungguhnya jauh dari essensi santun. Mari kita melebarkan mata sejenak untuk menatap lurus ke depan, berapa banyak penegak hukum yang justru dihukum, berapa banyak pelayan publik yang justru minta dilayani. Ini semua akibat dari pendidikan karakter yang terabaikan.
Akibat tidak adanya pendidikan karakter, tidak heran bila pengambil kebijakan, selalu mengambil kebijakan yang tidak bijak, apalagi pembodohan masyarakat juga dipamerkan secara sistematis oleh mereka calon pengambil kebijakan. Dan tidak jarang sebagian besar masyarakat kita masih terbuai dengan janji-janji para calon pengambil kebijakan jika mereka terpilih maka kehidupan akan lebih baik untuk semua orang.
Sesungguhnya permasalahan tersebut diatas dimulai dari pendidikan yang dienyam di bangku sekolah di Indonesia jauh dari karakter bangsa. Pihak pemerintah selaku pembuat kebijakan pendidikan dan pihak tenaga pendidik selaku pelaksana kebijakan belum mengajarkan banyak pelajaran penting soal karakter kepada anak didiknya.
Menurut penulis, dalam melaksanakan pendidikan karakter, paling utama yang sekolah harus ajarkan ke semua peserta didik adalah semangat untuk maju yang ditandai dengan semangat untuk belajar. Sekolah semestinya memperingatkan para peserta didik bahwa hidup mereka sebagai individu ataupun sebagai masyarakat tidak akan pernah mencapai kemajuan berarti bila mereka tidak berusaha keras untuk senantiasa belajar hal-hal baru dan bekerja giat untuk mendapatkan apa yang mereka impikan.
Realita yang ada selama ini justru malah jauh panggang dari api dan membuat kita “ngelus dada” (kebangeten : meminjam kata-kata ibu saya). Mental sebagian besar masyarakat kita terkooptasi pengambil kebijakan, yaitu ingin mendapatkan sesuatu dengan cara yang mudah. Oleh karena itu seringkali kita melupakan segala aturan main dan menghalalkan segala cara, tak peduli melanggar aturan dan norma. selama bisa mencapai segala sesuatu dengan cara mudah, “why not”, miris mendengarnya.
Hal tersebut diatas ditandai dengan pembiaran perilaku mencontek saat UN dan berlanjut dengan perilaku korupsi dan kolusi di dunia kerja. Bangsa kita sangat mendambakan kehidupan bak negeri seribu satu malam, dimana sebuah “lampu aladin” menjadi pemecahan segala masalah. Tidak seperti bangsa lain dimana pendidikan diperlukan kerja keras, pantang menyerah tidak mengenal putus asa, dan itu sudah ditanamkan sejak usia dini. Para orangtua dan guru, bahu membahu melatih anak-anak bangsa mereka untuk bisa mandiri, bertanggungjawab, dan memecahkan masalah mereka sendiri.
Demikian sambutan dari saya, semoga Hardiknas menjadi momentum terlaksananya pendidikan karakter. Apabila ada kesalahnan dalam penyampaian saya mohon maaf. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Minggu, 06 Juni 2010
Hardiknas dan Pendidikan Kita
04/05/2010
tags: PENDIDIKAN
by almanar
TIAP KALI memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 Mei, kita selalu dihadapkan kepada berbagai persoalan tentang pendidikan. Meski negeri ini telah mengecap kemerdekaan selama 65 tahun pada 17 Agustus 2010 nanti, tapi kemajuan pendidikan khususnya yang selalu diharapkan tidak juga mampu kita capai. Kenyataan itu semakin membuat kita terenyuh, manakala menyaksikan negeri yang baru tumbuh dan menjadikan Indonesia sebagai tempat warganya menimba ilmu sudah meraih berbagai kemajuan. Bahkan melampaui negeri kita. Di mana letak kesalahannya?.
Kalau dibilang anak negeri ini tidak cukup pintar, rasanya tidak beralasan, karena tiap kali mengirimkan utusan dalam olimpiade dan kejuaraan berbasis pendidikan lainnya untuk adu llmu, kita selalu meraih gelar juara. Lantas apanya yang salah?.
Rasanya tidak salah kalau setiap memperingati Hardiknas, kita selalu diajak merenung dan berhenti pada satu pertanyaan sudah seberapa jauh kemajuan dunia pendidikan di negeri ini? Semua Warga Negara Indonesia, mulai dari pejabat hingga orangtua kalangan berpunya sampai si miskin papa selalu menjawab serupa bahwa pendidikan sangat dibutuhkan, terutama untuk mengangkat harkat dan martabat serta kemajuan negara. Anehnya meskipun semua orang sudah berpikir sama tentang makna pendidikan dan pentingnya ilmu bagi kalangan generasi bangsa untuk membangun masa depan Indonesia, tapi tetap saja negeri ini bagai tak perduli terhadap peningkatan peranan pendidikan di dalam negeri.
Lebih aneh lagi rasanya, tiap kali jelang peringatan Hardiknas kita selalu dihadapkan kepada keresahan para orangtua dan anak didik kita mulai setingkat SMA, SMP dan SD yang menghadapi Ujian Nasional (UN). Kekhawatiran para orangtua bukan karena anak mereka terlalu bodoh, tapi karena sistem UN lebih banyak bersifat untung-untungan serta sangat tergantung dengan kepiawaian kepala sekolah dan yayasan tempat anak mereka menuntut ilmu dalam mencari solusi agar anak-anak asuh mereka lulus 100 persen. Meski banyak sekolah membantah, tapi kenyataannya para anak didik secara sembunyi-sembunyi mengakui mereka lulus karena sudah diberi jawaban oleh para guru pembimbingnya sehingga saat menghadapi UN tinggal mencocokkan jawaban nya.
Meski berbagai kritik dan masukan telah diberikan, tapi anehnya pemerintah tidak bergeming dan masih beranggapan bahwa UN satu-satunya jalan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air.Keprihatinan kita semakin memuncak saat mengetahui pemerintah ternyata tidak pernah melakukan perubahan yang mendasar terkait peningkatan pendidikan di tanah air.Oleh karenanya kita berharap agar para pembuat kebijakan pendidikan di tanah air dapat mengubah kerangka berpikir (mindset) karena mengingat kondisi pendidikan kita saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Kita selalu menuntut agar dibuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi para pekerja kita, tapi kenyataannya pekerja kita tidak siap pakai dan siap bersaing saat lapangan kerja dibuka. Padahal kondisi itu semuanya terkait dengan peningkatan kualitas pendidikan.Kalau kualitas pendidikan meningkat berarti mendongkrak seluruh sektor peningkatan kemajuan bangsa.
Akibat rendahnya berbagai ukuran kemajuan pendidikan dan SDM anak negeri ini, sehingga tidak heran Indonesia hingga hari ini menjadi bulan-bulanan berbagai kebijakan asing yang ditandai gampangnya masuk budaya asing serta membanjirnya beragam produk impor di pasar dalam negeri. Kondisi itu juga semakin diperparah dengan “membanjirnya” anak negeri ini yang pergi menuntut ilmu ke luar negeri. Meski di satu sisi sangat membanggakan karena para generasi muda itu nanti akan pulang dengan ilmu yang memadai, namun di sisi lain hal itu merupakan ironi kalau kualitas pendidikan di negeri ini sudah tidak bisa diharapkan lagi sehingga orangtua lebih percaya mengirimkan anak-anak mereka ke luar negeri daripada mendidiknya di tanah air sendiri.
Diharapkan melalui Hardiknas yang baru kita peringati, kembali mengingatkan dan menjadi renungan bagi kita semua akan pentingnya pendidikan untuk memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hingga apa yang menjadi cita-cita bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara yang dicetuskannya dalam “Sepuluh Intisari Fatwa” dapat diwujudkan, terutama dalam memajukan pendidikan untuk kemuliaan bagi bangsa dan negara Indonesia. Tantangan maha berat sesungguhnya ada di depan mata, karenanya ke depan kita berharap tidak ada lagi sistem “uji-coba” dan “bongkar pasang” dalam dunia pendidikan kita.
Sumber: Tajuk Rencana Harian Analisa
Education Day and Education We
05/04/2010
tags: EDUCATION
by Almanar
ONCE EACH commemorate the Day of National Education (Education Day) on May 2, we are always faced with various problems concerning education. Although the country has been labeled during 65 years of independence on August 17, 2010 will be, but the advancement of education in particular who always hoped we could not also achieve. The fact that more and makes us so touched, when the country witnessed a new growth and make Indonesia as a place to gain knowledge of its citizens already achieved some progress. Even beyond our country. Where is the fault?.
If you say children of this country are not smart enough, it seems not unreasonable, because every time sent representatives in the Olympics and other championships to compete based science education, we always won. So what's so wrong?.
It was not wrong when every commemorate Education Day, we are always invited to reflect and stop at one question how far the progress of education in this country? All Indonesian citizen, ranging from officials to parents among the haves to the destitute poor are always the same answer that education is needed, especially to raise the dignity and progress of the country. Strangely though everyone was thinking the same about the meaning and importance of science education for the generations to build the future nation of Indonesia, but still this country like no matter to increase the role of education in the country.
More strange it seems, every time the warning ahead of our Education Day is always faced with the restlessness of our parents and students start high school level, junior high and elementary schools that face the National Examination (UN). Concerns the child's parents not because they are too stupid, but because the UN system more chancy nature and depend on the expertise of school principals and foundations place their children studying in seeking solutions to their foster children graduating 100 percent. Even though many schools argue, but in reality the students secretly admit they graduate because it had been given answers by mentor teachers so as to face the UN live match her answers.
Despite various criticisms and suggestions have been given, but strangely, the government did not budge and still think that the UN is the only way to improve and enhance the quality of education in the land air.Keprihatinan heightened when we know the government was never committed a fundamental change in the related increase in education air.Oleh soil, therefore, we hope that education policy makers in this country can change the frame of thinking (mindset) because given the current condition of our education is very worrying. We always demand that jobs be opened as wide as possible for our workers, but in reality workers are no ready-made and ready to compete when the job opened. Though conditions are all associated with increased quality means increased pendidikan.Kalau boost education quality improvement across all sectors of the nation.
Progress of various sizes due to low education and human resources of this country boy, so no wonder Indonesia to this day became a month-monthly variety of foreign policy marked a trivial entry of foreign cultures and diverse flood of imported products in domestic market. The condition was also aggravated by "flooding" the country boy who went to study abroad. Even in one hand, very proud because the young generation will come home with adequate knowledge, on the other hand it is a irony kalau kualitas education in this country can not be expected again sehingga more confidence in parents of children mengirimkan them abroad instead of educating him in his own homeland.
Hopefully, through the new Education Day we commemorate, and to muse again reminded us all of the importance of education to advance the national and state life. Up to what became the father of the ideals of National Education, Ki Hajar Dewantara which dicetuskannya in "Ten Highlights Fatwa" can be realized, particularly in promoting education for the glory to the nation of Indonesia. Very onerous real challenge is in front of the eye, so in the future we hope there is no system of "trial" and "unloading tide" in our education.
Source: Daily Headers Plan Analysis
04/05/2010
tags: PENDIDIKAN
by almanar
TIAP KALI memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 2 Mei, kita selalu dihadapkan kepada berbagai persoalan tentang pendidikan. Meski negeri ini telah mengecap kemerdekaan selama 65 tahun pada 17 Agustus 2010 nanti, tapi kemajuan pendidikan khususnya yang selalu diharapkan tidak juga mampu kita capai. Kenyataan itu semakin membuat kita terenyuh, manakala menyaksikan negeri yang baru tumbuh dan menjadikan Indonesia sebagai tempat warganya menimba ilmu sudah meraih berbagai kemajuan. Bahkan melampaui negeri kita. Di mana letak kesalahannya?.
Kalau dibilang anak negeri ini tidak cukup pintar, rasanya tidak beralasan, karena tiap kali mengirimkan utusan dalam olimpiade dan kejuaraan berbasis pendidikan lainnya untuk adu llmu, kita selalu meraih gelar juara. Lantas apanya yang salah?.
Rasanya tidak salah kalau setiap memperingati Hardiknas, kita selalu diajak merenung dan berhenti pada satu pertanyaan sudah seberapa jauh kemajuan dunia pendidikan di negeri ini? Semua Warga Negara Indonesia, mulai dari pejabat hingga orangtua kalangan berpunya sampai si miskin papa selalu menjawab serupa bahwa pendidikan sangat dibutuhkan, terutama untuk mengangkat harkat dan martabat serta kemajuan negara. Anehnya meskipun semua orang sudah berpikir sama tentang makna pendidikan dan pentingnya ilmu bagi kalangan generasi bangsa untuk membangun masa depan Indonesia, tapi tetap saja negeri ini bagai tak perduli terhadap peningkatan peranan pendidikan di dalam negeri.
Lebih aneh lagi rasanya, tiap kali jelang peringatan Hardiknas kita selalu dihadapkan kepada keresahan para orangtua dan anak didik kita mulai setingkat SMA, SMP dan SD yang menghadapi Ujian Nasional (UN). Kekhawatiran para orangtua bukan karena anak mereka terlalu bodoh, tapi karena sistem UN lebih banyak bersifat untung-untungan serta sangat tergantung dengan kepiawaian kepala sekolah dan yayasan tempat anak mereka menuntut ilmu dalam mencari solusi agar anak-anak asuh mereka lulus 100 persen. Meski banyak sekolah membantah, tapi kenyataannya para anak didik secara sembunyi-sembunyi mengakui mereka lulus karena sudah diberi jawaban oleh para guru pembimbingnya sehingga saat menghadapi UN tinggal mencocokkan jawaban nya.
Meski berbagai kritik dan masukan telah diberikan, tapi anehnya pemerintah tidak bergeming dan masih beranggapan bahwa UN satu-satunya jalan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di tanah air.Keprihatinan kita semakin memuncak saat mengetahui pemerintah ternyata tidak pernah melakukan perubahan yang mendasar terkait peningkatan pendidikan di tanah air.Oleh karenanya kita berharap agar para pembuat kebijakan pendidikan di tanah air dapat mengubah kerangka berpikir (mindset) karena mengingat kondisi pendidikan kita saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Kita selalu menuntut agar dibuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi para pekerja kita, tapi kenyataannya pekerja kita tidak siap pakai dan siap bersaing saat lapangan kerja dibuka. Padahal kondisi itu semuanya terkait dengan peningkatan kualitas pendidikan.Kalau kualitas pendidikan meningkat berarti mendongkrak seluruh sektor peningkatan kemajuan bangsa.
Akibat rendahnya berbagai ukuran kemajuan pendidikan dan SDM anak negeri ini, sehingga tidak heran Indonesia hingga hari ini menjadi bulan-bulanan berbagai kebijakan asing yang ditandai gampangnya masuk budaya asing serta membanjirnya beragam produk impor di pasar dalam negeri. Kondisi itu juga semakin diperparah dengan “membanjirnya” anak negeri ini yang pergi menuntut ilmu ke luar negeri. Meski di satu sisi sangat membanggakan karena para generasi muda itu nanti akan pulang dengan ilmu yang memadai, namun di sisi lain hal itu merupakan ironi kalau kualitas pendidikan di negeri ini sudah tidak bisa diharapkan lagi sehingga orangtua lebih percaya mengirimkan anak-anak mereka ke luar negeri daripada mendidiknya di tanah air sendiri.
Diharapkan melalui Hardiknas yang baru kita peringati, kembali mengingatkan dan menjadi renungan bagi kita semua akan pentingnya pendidikan untuk memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Hingga apa yang menjadi cita-cita bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara yang dicetuskannya dalam “Sepuluh Intisari Fatwa” dapat diwujudkan, terutama dalam memajukan pendidikan untuk kemuliaan bagi bangsa dan negara Indonesia. Tantangan maha berat sesungguhnya ada di depan mata, karenanya ke depan kita berharap tidak ada lagi sistem “uji-coba” dan “bongkar pasang” dalam dunia pendidikan kita.
Sumber: Tajuk Rencana Harian Analisa
Education Day and Education We
05/04/2010
tags: EDUCATION
by Almanar
ONCE EACH commemorate the Day of National Education (Education Day) on May 2, we are always faced with various problems concerning education. Although the country has been labeled during 65 years of independence on August 17, 2010 will be, but the advancement of education in particular who always hoped we could not also achieve. The fact that more and makes us so touched, when the country witnessed a new growth and make Indonesia as a place to gain knowledge of its citizens already achieved some progress. Even beyond our country. Where is the fault?.
If you say children of this country are not smart enough, it seems not unreasonable, because every time sent representatives in the Olympics and other championships to compete based science education, we always won. So what's so wrong?.
It was not wrong when every commemorate Education Day, we are always invited to reflect and stop at one question how far the progress of education in this country? All Indonesian citizen, ranging from officials to parents among the haves to the destitute poor are always the same answer that education is needed, especially to raise the dignity and progress of the country. Strangely though everyone was thinking the same about the meaning and importance of science education for the generations to build the future nation of Indonesia, but still this country like no matter to increase the role of education in the country.
More strange it seems, every time the warning ahead of our Education Day is always faced with the restlessness of our parents and students start high school level, junior high and elementary schools that face the National Examination (UN). Concerns the child's parents not because they are too stupid, but because the UN system more chancy nature and depend on the expertise of school principals and foundations place their children studying in seeking solutions to their foster children graduating 100 percent. Even though many schools argue, but in reality the students secretly admit they graduate because it had been given answers by mentor teachers so as to face the UN live match her answers.
Despite various criticisms and suggestions have been given, but strangely, the government did not budge and still think that the UN is the only way to improve and enhance the quality of education in the land air.Keprihatinan heightened when we know the government was never committed a fundamental change in the related increase in education air.Oleh soil, therefore, we hope that education policy makers in this country can change the frame of thinking (mindset) because given the current condition of our education is very worrying. We always demand that jobs be opened as wide as possible for our workers, but in reality workers are no ready-made and ready to compete when the job opened. Though conditions are all associated with increased quality means increased pendidikan.Kalau boost education quality improvement across all sectors of the nation.
Progress of various sizes due to low education and human resources of this country boy, so no wonder Indonesia to this day became a month-monthly variety of foreign policy marked a trivial entry of foreign cultures and diverse flood of imported products in domestic market. The condition was also aggravated by "flooding" the country boy who went to study abroad. Even in one hand, very proud because the young generation will come home with adequate knowledge, on the other hand it is a irony kalau kualitas education in this country can not be expected again sehingga more confidence in parents of children mengirimkan them abroad instead of educating him in his own homeland.
Hopefully, through the new Education Day we commemorate, and to muse again reminded us all of the importance of education to advance the national and state life. Up to what became the father of the ideals of National Education, Ki Hajar Dewantara which dicetuskannya in "Ten Highlights Fatwa" can be realized, particularly in promoting education for the glory to the nation of Indonesia. Very onerous real challenge is in front of the eye, so in the future we hope there is no system of "trial" and "unloading tide" in our education.
Source: Daily Headers Plan Analysis
Tingkatkan Mutu Pendidikan
Setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, yang sering disingkat dengan Hardiknas. Untuk tahun ini Hardiknas mengambil tema Pendidikan Sains, Teknologi dan Seni Menjamin Pembangunan Berkelanjutan dan Meningkatkan Daya Saing Bangsa.
Tanggal 2 Mei adalah hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, yang lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889. Ki Hajar Dewantara adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pendiri Perguruan Taman Siswa. Lembaga pendidikan yang didirikannya itu merupakan tempat bagi pribumi untuk mendapatkan pendidikan seperti yang diperoleh para priayi serta masyarakat Belanda di Indonesia.
Melihat tema yang ditampilkan pada Hardiknas kali ini, kita sebenarnya bangga dengan keberhasilan anak didik kita yang telah banyak meraih medali emas dalam berbagai olimpiade sains di luar negeri. Anak-anak Indonesia tidak kalah dan bahkan sering menjadi yang terbaik dalam setiap olimpiade sains yang diselenggarakan berbagai badan internasional.
Sayangnya, hingga saat ini mutu pendidikan di Indonesia belum merata. Kita tidak mungkin bisa menyamakan kualitas pendidikan di Papua dengan di Surabaya. Atau, Kalimantan dengan Bandung atau perbandingan lainnya. Bahkan, dalam satu provinsi saja, kualitas satu sekolah dengan sekolah lainnya sangat jauh perbedaannya. Oleh karena itu, kita bisa maklum di perguruan tinggi tertentu mahasiswanya hanya berasal dari sekolah tertentu pula, karena di sini kualitas menjadi yang utama.
Dalam ujian nasional (UN) yang sudah berlangsung untuk tingkat SMA dan SMP, belum lama ini, tentunya kita terenyuh mendengar ada keterlibatan kepala sekolah yang membocorkan jawaban soal UN. Pembocoran jawaban soal UN dilakukan kepala sekolah, karena tidak ingin banyak anak didiknya yang tidak lulus UN, sehingga sekolah tersebut turun citranya di mata masyarakat.
Apa yang dilakukan kepala seolah ini seharusnya membuka mata kita semua bahwa ada upaya-upaya menutupi kebobrokan mutu pendidikan oleh orang- orang yang seharusnya menjadi orang terdepan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Yang dilakukan para kepala sekolah yang membocorkan jawaban soal UN tersebut tentunya akan membuat kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Apalagi, jika hal itu dilakukan oleh kepala sekolah di daerah yang kualitas pendidikannya masih sangat rendah. Akibatnya, kualitas pendidikan akan semakin turun.
Menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini, kita harus sadar kualitas bangsa Indonesia harus semakin ditingkatkan. Jika tidak, maka pekerja-pekerja asing akan menguasai negeri kita. Mereka akan menduduki posisi-posisi penting, sementara orang Indonesia hanya sebagai karyawan biasa.
Kualitas pendidikan yang rendah membuat bangsa ini tidak mampu bersaing dengan bangsa lain. Tentunya, kita tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dengan bangsa lain. Kualitas pendidikan di negeri ini jangan kita biarkan terpuruk hanya karena ingin menjaga gengsi sekolah dengan memberikan bocoran soal ujian UN kepada para murid. Memberikan pendidikan yang benar saja belum tentu meningkatkan kualitas murid sekolah, apalagi mengajari mereka berbuat curang, hanya demi nama sekolah. Buatlah nama sekolah terkenal karena mutunya, bukan karena berhasil meluluskan muridnya dalam jumlah banyak, padahal kualitasnya rendah.
Improve Education Quality
Each dated May 2 is celebrated as National Education Day, which is often abbreviated as Education Day. For this year's Education Day takes the theme of Education Science, Technology and the Arts Ensure Sustainable Development and Enhancing Competitiveness Nations.
Dated May 2 is the birthday of Ki Hajar Dewantara, who was born in Yogyakarta on May 2, 1889. Ki Hajar Dewantara is the Indonesian independence movement activist and founder of College Student Park. Establishment of institutions that are home to native to get an education as well priayi obtained the Dutch community in Indonesia.
See displayed on the Education Day theme this time, we're actually proud of the success of our students have won many Olympic gold medals in a variety of science abroad. Indonesian children do not lose and even often be the best in each Science Olympiad held various international bodies.
Unfortunately, until now the quality of education in Indonesia has not been equitable. We can not equate the quality of education in Papua and in Surabaya. Or, Kalimantan Bandung or comparison with others. In fact, in one province alone, the quality of one school with another school very much difference. Therefore, we can understand in a certain college students only from a particular school too, because here the quality of the primary.
In the national exam (UN), which had lasted for high school and junior high level, just recently, we certainly have touched to hear the principal involvement of leaking the answers to the UN. Leak the answers to the UN chief made the school, because they do not want many children who do not pass the national examination students, so the school has declined so its image in the eyes of society.
What does the head as if it should open our eyes all that there are efforts to cover the depravity of the quality of education by people who should be the leader in improving education quality. Undertaken by the principal who leaked examination answers to these questions will make the quality of education in Indonesia is worse off. Moreover, if it is done by the school principal in an area that is still very low quality of education. As a result, the quality of education will decrease.
Facing today's globalization era, we must realize the quality of the Indonesian nation must continue to improve. If not, then foreign workers will rule our country. They will occupy important positions, while Indonesia only as a regular employee.
Low quality of education that make this nation can not afford to compete with other nations. Obviously, we do not want this nation can not compete with other nations. The quality of education in this country do not we let the drowning just because the school wanted to maintain their prestige by giving the UN leaked exam questions to the students. Providing proper education alone does not necessarily improve the quality of school students, let alone teach them to cheat, just to name the school. Make a school known for its quality, not because of successful graduate students in quantity, but quality is low.
Setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, yang sering disingkat dengan Hardiknas. Untuk tahun ini Hardiknas mengambil tema Pendidikan Sains, Teknologi dan Seni Menjamin Pembangunan Berkelanjutan dan Meningkatkan Daya Saing Bangsa.
Tanggal 2 Mei adalah hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, yang lahir di Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889. Ki Hajar Dewantara adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pendiri Perguruan Taman Siswa. Lembaga pendidikan yang didirikannya itu merupakan tempat bagi pribumi untuk mendapatkan pendidikan seperti yang diperoleh para priayi serta masyarakat Belanda di Indonesia.
Melihat tema yang ditampilkan pada Hardiknas kali ini, kita sebenarnya bangga dengan keberhasilan anak didik kita yang telah banyak meraih medali emas dalam berbagai olimpiade sains di luar negeri. Anak-anak Indonesia tidak kalah dan bahkan sering menjadi yang terbaik dalam setiap olimpiade sains yang diselenggarakan berbagai badan internasional.
Sayangnya, hingga saat ini mutu pendidikan di Indonesia belum merata. Kita tidak mungkin bisa menyamakan kualitas pendidikan di Papua dengan di Surabaya. Atau, Kalimantan dengan Bandung atau perbandingan lainnya. Bahkan, dalam satu provinsi saja, kualitas satu sekolah dengan sekolah lainnya sangat jauh perbedaannya. Oleh karena itu, kita bisa maklum di perguruan tinggi tertentu mahasiswanya hanya berasal dari sekolah tertentu pula, karena di sini kualitas menjadi yang utama.
Dalam ujian nasional (UN) yang sudah berlangsung untuk tingkat SMA dan SMP, belum lama ini, tentunya kita terenyuh mendengar ada keterlibatan kepala sekolah yang membocorkan jawaban soal UN. Pembocoran jawaban soal UN dilakukan kepala sekolah, karena tidak ingin banyak anak didiknya yang tidak lulus UN, sehingga sekolah tersebut turun citranya di mata masyarakat.
Apa yang dilakukan kepala seolah ini seharusnya membuka mata kita semua bahwa ada upaya-upaya menutupi kebobrokan mutu pendidikan oleh orang- orang yang seharusnya menjadi orang terdepan dalam meningkatkan mutu pendidikan. Yang dilakukan para kepala sekolah yang membocorkan jawaban soal UN tersebut tentunya akan membuat kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Apalagi, jika hal itu dilakukan oleh kepala sekolah di daerah yang kualitas pendidikannya masih sangat rendah. Akibatnya, kualitas pendidikan akan semakin turun.
Menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini, kita harus sadar kualitas bangsa Indonesia harus semakin ditingkatkan. Jika tidak, maka pekerja-pekerja asing akan menguasai negeri kita. Mereka akan menduduki posisi-posisi penting, sementara orang Indonesia hanya sebagai karyawan biasa.
Kualitas pendidikan yang rendah membuat bangsa ini tidak mampu bersaing dengan bangsa lain. Tentunya, kita tidak ingin bangsa ini kalah bersaing dengan bangsa lain. Kualitas pendidikan di negeri ini jangan kita biarkan terpuruk hanya karena ingin menjaga gengsi sekolah dengan memberikan bocoran soal ujian UN kepada para murid. Memberikan pendidikan yang benar saja belum tentu meningkatkan kualitas murid sekolah, apalagi mengajari mereka berbuat curang, hanya demi nama sekolah. Buatlah nama sekolah terkenal karena mutunya, bukan karena berhasil meluluskan muridnya dalam jumlah banyak, padahal kualitasnya rendah.
Improve Education Quality
Each dated May 2 is celebrated as National Education Day, which is often abbreviated as Education Day. For this year's Education Day takes the theme of Education Science, Technology and the Arts Ensure Sustainable Development and Enhancing Competitiveness Nations.
Dated May 2 is the birthday of Ki Hajar Dewantara, who was born in Yogyakarta on May 2, 1889. Ki Hajar Dewantara is the Indonesian independence movement activist and founder of College Student Park. Establishment of institutions that are home to native to get an education as well priayi obtained the Dutch community in Indonesia.
See displayed on the Education Day theme this time, we're actually proud of the success of our students have won many Olympic gold medals in a variety of science abroad. Indonesian children do not lose and even often be the best in each Science Olympiad held various international bodies.
Unfortunately, until now the quality of education in Indonesia has not been equitable. We can not equate the quality of education in Papua and in Surabaya. Or, Kalimantan Bandung or comparison with others. In fact, in one province alone, the quality of one school with another school very much difference. Therefore, we can understand in a certain college students only from a particular school too, because here the quality of the primary.
In the national exam (UN), which had lasted for high school and junior high level, just recently, we certainly have touched to hear the principal involvement of leaking the answers to the UN. Leak the answers to the UN chief made the school, because they do not want many children who do not pass the national examination students, so the school has declined so its image in the eyes of society.
What does the head as if it should open our eyes all that there are efforts to cover the depravity of the quality of education by people who should be the leader in improving education quality. Undertaken by the principal who leaked examination answers to these questions will make the quality of education in Indonesia is worse off. Moreover, if it is done by the school principal in an area that is still very low quality of education. As a result, the quality of education will decrease.
Facing today's globalization era, we must realize the quality of the Indonesian nation must continue to improve. If not, then foreign workers will rule our country. They will occupy important positions, while Indonesia only as a regular employee.
Low quality of education that make this nation can not afford to compete with other nations. Obviously, we do not want this nation can not compete with other nations. The quality of education in this country do not we let the drowning just because the school wanted to maintain their prestige by giving the UN leaked exam questions to the students. Providing proper education alone does not necessarily improve the quality of school students, let alone teach them to cheat, just to name the school. Make a school known for its quality, not because of successful graduate students in quantity, but quality is low.
idato Mendiknas RI, Mohammad Nuh yang intinya menitikberatkan pada pendidikan karakter untuk membangun peradaban bangsa.
Belum kering ludah kita berbicara tentang peradaban bangsa yang pada ujungnya menimbulkan krisis multidimensi melanda negara ini, hingga membuat kita sadar bahwa selama ini kita memang jauh dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat penting bagi bangsa yang mengaku santun ini, walau.sesungguhnya jauh dari essensi santun. Mari kita melebarkan mata sejenak untuk menatap lurus ke depan, berapa banyak penegak hukum yang justru dihukum, berapa banyak pelayan publik yang justru minta dilayani. Ini semua akibat dari pendidikan karakter yang terabaikan.
Akibat tidak adanya pendidikan karakter, tidak heran bila pengambil kebijakan, selalu mengambil kebijakan yang tidak bijak, apalagi pembodohan masyarakat juga dipamerkan secara sistematis oleh mereka calon pengambil kebijakan. Dan tidak jarang sebagian besar masyarakat kita masih terbuai dengan janji-janji para calon pengambil kebijakan jika mereka terpilih maka kehidupan akan lebih baik untuk semua orang.
Sesungguhnya permasalahan tersebut diatas dimulai dari pendidikan yang dienyam di bangku sekolah di Indonesia jauh dari karakter bangsa. Pihak pemerintah selaku pembuat kebijakan pendidikan dan pihak tenaga pendidik selaku pelaksana kebijakan belum mengajarkan banyak pelajaran penting soal karakter kepada anak didiknya.
Menurut penulis, dalam melaksanakan pendidikan karakter, paling utama yang sekolah harus ajarkan ke semua peserta didik adalah semangat untuk maju yang ditandai dengan semangat untuk belajar. Sekolah semestinya memperingatkan para peserta didik bahwa hidup mereka sebagai individu ataupun sebagai masyarakat tidak akan pernah mencapai kemajuan berarti bila mereka tidak berusaha keras untuk senantiasa belajar hal-hal baru dan bekerja giat untuk mendapatkan apa yang mereka impikan.
Realita yang ada selama ini justru malah jauh panggang dari api dan membuat kita “ngelus dada” (kebangeten : meminjam kata-kata ibu saya). Mental sebagian besar masyarakat kita terkooptasi pengambil kebijakan, yaitu ingin mendapatkan sesuatu dengan cara yang mudah. Oleh karena itu seringkali kita melupakan segala aturan main dan menghalalkan segala cara, tak peduli melanggar aturan dan norma. selama bisa mencapai segala sesuatu dengan cara mudah, “why not”, miris mendengarnya.
Hal tersebut diatas ditandai dengan pembiaran perilaku mencontek saat UN dan berlanjut dengan perilaku korupsi dan kolusi di dunia kerja. Bangsa kita sangat mendambakan kehidupan bak negeri seribu satu malam, dimana sebuah “lampu aladin” menjadi pemecahan segala masalah. Tidak seperti bangsa lain dimana pendidikan diperlukan kerja keras, pantang menyerah tidak mengenal putus asa, dan itu sudah ditanamkan sejak usia dini. Para orangtua dan guru, bahu membahu melatih anak-anak bangsa mereka untuk bisa mandiri, bertanggungjawab, dan memecahkan masalah mereka sendiri.
Dipenghujung tulisan ini, semoga Hardiknas, menjadi momentum terlaksananya pendidikan karakter… Amin
“SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL”
idato RI Minister, Mohammad Nuh, a core emphasis on character education to build the civilization of the nation.
Not yet dry saliva we are talking about a nation that at the end of civilization raises the multidimensional crisis hit this country, to make us realize that so far we are away from character education. Character education is very important for people who claim this polite, courteous walau.sesungguhnya distant from essence. Let's take a moment to extend his eyes staring straight ahead, how many are actually punished law enforcement, how many public servants who actually asked to be served. This is all a result of character education is neglected.
Due to lack of character education, do not be surprised if policy makers, always take a policy that is not wise, especially duping the public is also exhibited systematically by their prospective policy makers. And not infrequently the majority of our society are still swayed by promises of the candidates if they are elected policy makers then life will be better for everyone.
Indeed the question above, starting from the dienyam education in school in Indonesia is far from the character of the nation. Party government as education policy makers and other educators as policy implementers have not taught him many important lessons about the character to their students.
According to the authors, in implementing character education, most primary schools must be taught to all students is the spirit to go forward which is marked by a passion for learning. Schools should have warned his students that their lives as individuals or as a society will never achieve meaningful progress if they do not strive to constantly learn new things and work hard to get what they dreamed of.
Reality is there for precisely this fact far from the fire and make us "ngelus chest" (kebangeten: borrow the words of my mother). Mental co-opted most of the policy makers of our society, that want to get things the easy way. Therefore, we often forget all the rules and justifies every means, no matter violate rules and norms. long as I can achieve anything the easy way, "why not", Sad to hear it.
The above condition is marked by cheating behaviors while letting the UN and to continue corruption and collusive behavior in the workplace. Our nation is longing for the life of the country like a thousand and one nights, where a "lamp light" to solving any problem. Unlike other nations where education is needed to work hard, never give up in despair do not know, and that was instilled from an early age. The parents and teachers, hand in hand to train the children to their nations to be independent, responsible, and solve their own problems.
Dipenghujung this writing, hopefully Education Day, the momentum of the implementation of character education ... Amen
Belum kering ludah kita berbicara tentang peradaban bangsa yang pada ujungnya menimbulkan krisis multidimensi melanda negara ini, hingga membuat kita sadar bahwa selama ini kita memang jauh dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter sangat penting bagi bangsa yang mengaku santun ini, walau.sesungguhnya jauh dari essensi santun. Mari kita melebarkan mata sejenak untuk menatap lurus ke depan, berapa banyak penegak hukum yang justru dihukum, berapa banyak pelayan publik yang justru minta dilayani. Ini semua akibat dari pendidikan karakter yang terabaikan.
Akibat tidak adanya pendidikan karakter, tidak heran bila pengambil kebijakan, selalu mengambil kebijakan yang tidak bijak, apalagi pembodohan masyarakat juga dipamerkan secara sistematis oleh mereka calon pengambil kebijakan. Dan tidak jarang sebagian besar masyarakat kita masih terbuai dengan janji-janji para calon pengambil kebijakan jika mereka terpilih maka kehidupan akan lebih baik untuk semua orang.
Sesungguhnya permasalahan tersebut diatas dimulai dari pendidikan yang dienyam di bangku sekolah di Indonesia jauh dari karakter bangsa. Pihak pemerintah selaku pembuat kebijakan pendidikan dan pihak tenaga pendidik selaku pelaksana kebijakan belum mengajarkan banyak pelajaran penting soal karakter kepada anak didiknya.
Menurut penulis, dalam melaksanakan pendidikan karakter, paling utama yang sekolah harus ajarkan ke semua peserta didik adalah semangat untuk maju yang ditandai dengan semangat untuk belajar. Sekolah semestinya memperingatkan para peserta didik bahwa hidup mereka sebagai individu ataupun sebagai masyarakat tidak akan pernah mencapai kemajuan berarti bila mereka tidak berusaha keras untuk senantiasa belajar hal-hal baru dan bekerja giat untuk mendapatkan apa yang mereka impikan.
Realita yang ada selama ini justru malah jauh panggang dari api dan membuat kita “ngelus dada” (kebangeten : meminjam kata-kata ibu saya). Mental sebagian besar masyarakat kita terkooptasi pengambil kebijakan, yaitu ingin mendapatkan sesuatu dengan cara yang mudah. Oleh karena itu seringkali kita melupakan segala aturan main dan menghalalkan segala cara, tak peduli melanggar aturan dan norma. selama bisa mencapai segala sesuatu dengan cara mudah, “why not”, miris mendengarnya.
Hal tersebut diatas ditandai dengan pembiaran perilaku mencontek saat UN dan berlanjut dengan perilaku korupsi dan kolusi di dunia kerja. Bangsa kita sangat mendambakan kehidupan bak negeri seribu satu malam, dimana sebuah “lampu aladin” menjadi pemecahan segala masalah. Tidak seperti bangsa lain dimana pendidikan diperlukan kerja keras, pantang menyerah tidak mengenal putus asa, dan itu sudah ditanamkan sejak usia dini. Para orangtua dan guru, bahu membahu melatih anak-anak bangsa mereka untuk bisa mandiri, bertanggungjawab, dan memecahkan masalah mereka sendiri.
Dipenghujung tulisan ini, semoga Hardiknas, menjadi momentum terlaksananya pendidikan karakter… Amin
“SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL”
idato RI Minister, Mohammad Nuh, a core emphasis on character education to build the civilization of the nation.
Not yet dry saliva we are talking about a nation that at the end of civilization raises the multidimensional crisis hit this country, to make us realize that so far we are away from character education. Character education is very important for people who claim this polite, courteous walau.sesungguhnya distant from essence. Let's take a moment to extend his eyes staring straight ahead, how many are actually punished law enforcement, how many public servants who actually asked to be served. This is all a result of character education is neglected.
Due to lack of character education, do not be surprised if policy makers, always take a policy that is not wise, especially duping the public is also exhibited systematically by their prospective policy makers. And not infrequently the majority of our society are still swayed by promises of the candidates if they are elected policy makers then life will be better for everyone.
Indeed the question above, starting from the dienyam education in school in Indonesia is far from the character of the nation. Party government as education policy makers and other educators as policy implementers have not taught him many important lessons about the character to their students.
According to the authors, in implementing character education, most primary schools must be taught to all students is the spirit to go forward which is marked by a passion for learning. Schools should have warned his students that their lives as individuals or as a society will never achieve meaningful progress if they do not strive to constantly learn new things and work hard to get what they dreamed of.
Reality is there for precisely this fact far from the fire and make us "ngelus chest" (kebangeten: borrow the words of my mother). Mental co-opted most of the policy makers of our society, that want to get things the easy way. Therefore, we often forget all the rules and justifies every means, no matter violate rules and norms. long as I can achieve anything the easy way, "why not", Sad to hear it.
The above condition is marked by cheating behaviors while letting the UN and to continue corruption and collusive behavior in the workplace. Our nation is longing for the life of the country like a thousand and one nights, where a "lamp light" to solving any problem. Unlike other nations where education is needed to work hard, never give up in despair do not know, and that was instilled from an early age. The parents and teachers, hand in hand to train the children to their nations to be independent, responsible, and solve their own problems.
Dipenghujung this writing, hopefully Education Day, the momentum of the implementation of character education ... Amen
Langganan:
Postingan (Atom)